Dikisahkan bahwa seorang tokoh aliran Ad-Dahriyyah (yang menginkari adanya Tuhan) berkunjung ke Baghdad pada masa Syaikh Hammad RA, guru Imam Abu Hanifah. Kedatangannya sungguh membuat resah, ia mengajak ulama-ulama setempat berdebat tentang keberadaan Allah Ta'ala dan tempatNya.
Dengan kepiawaian retorikannya, ia mengalahkan ulama-ulama Baghdad, hingga hampir tidak tersisa lagi ulama Baghdad, semuanya telah ia patahkan argumen- argumennya.
Suatu hari Ad-Dahri berdiri di atas mimbar seraya berseru: “Apakah masih tersisa ulama kalian?” tanyanya congkak.
"Ya…, masih ada guru kita, Syaikh Hammad". Sorak rakyat Baghdad. Kemudian Ad-Dahri menoleh ke arah khalifah dan berkata, Wahai Paduka yang mulia, hadirkanlah Syaikh Hammad untuk berdebat denganku!” Kemudian sang Khalifah mengirim utusan mengundang Syaikh Hammad RA.
Setelah disampaikan, beliau menjawab, Beri aku waktu semalam!”
Pada pagi harinya, Abu Hanifah RA yang ketika itu masih kanak-kanak, seperti biasa datang ke rumah sang guru untuk belajar. Setelah diizinkan masuk, Abu Hanifah penasaran melihat gurunya tampak bingung dan bimbang, seperti ada masalah besar. Abu Hanifah pun memberanikan diri untuk bertanya kepadanya: